Kamis, 25 Oktober 2018

Tips untuk mempersiapkan program Doktoral (di luar negeri)

Menjadi mahasiswa doktoral bukanlah sebuah profesi yang bisa dijalani semua orang, bahkan bagi seorang yang pintar sekalipun. Banyak mahasiswa yang berprestasi di jenjang S1 atau S2 tapi tidak melanjutkan ke jenjang S3, and that's very OK ....
Hal yang paling dibutuhkan seorang PhD student adalah kecintaan pada bidang ilmu yang diambil dan ketekunan (persistensi) dalam bekerja. Kalau mau pengalaman saya sebagai contoh, saya ngga pinter-pinter amat, ngga pernah jadi juara umum di sekolah, dan pernah mendapat IPK kurang dari 2 di IPB. Tapi ridho Allah membawa saya ke gerbong ini.
--- Ada tulisan di FB tentang tujuan sesungguhnya (atau seharusnya) dalam meneruskan S3, nanti saya share kalau ketemu :-) ---

Kalau isi hatimu yang paling dalam mendukungmu untuk melanjutkan S3, maka semoga tulisan ini dapat membantu menuju kesana.

Langkah #1 Memperbaiki kemampuan bahasa Inggris
Bagi pelamar program PhD di luar negeri, kemampuan bahasa Inggris sangat penting. Bahkan di negara berbahasa non-English, biasanya program PhD dilakukan dengan bahasa Inggris. Jadi sebaiknya perbaiki kemampuan bahasa Inggris. Ada baiknya juga mengambil tes bahasa Inggris seperti IELTS atau institutional TOEFL untuk mengetahui seberapa mampu kamu, dan berapa gap yang harus dikejar (dibandingkan dengan persyaratan bahasa Inggris di universitas yang ingin dituju).
Langkah #2 Membuat Proposal Riset
Proposal riset sangat penting bagi pelamar program doktoral. Bagi calon supervisor, ini menunjukkan bidang yang ingin ditekuni pelamar dan kemampuan akademik calon pelamar. Proposal ini sangat besar peluangnya untuk menggaet calon supervisor. Untuk itu, sebaiknya curahkan energi yang optimal untuk membuat proposal yang baik, menarik dan up to date. 
Ini contoh tips menulis proposal:



Langkah #3 Mencari Supervisor
Beberapa universitas tidak mensyaratkan calon pelamar S3 untuk memiliki potential supervisor. Namun kebanyakan universitas dan beasiswa mensyaratkannya. Jadi ada baiknya kamu mencari calon supervisor yang bersedia membimbing kamu dalam mengerjakan riset. Bagi yang berprofesi sebagai dosen, atau pernah sekolah di luar negeri, mungkin lebih baik mengontak jejaring kampus atau mantan supervisor. 
Kebetulan saya bukan termasuk kedua kriteria di atas. Jadi yang dulu saya kerjakan adalah mencari ahli atau research center di kampus yang memiliki keahlian yang saya minati, lalu mengirim email dan proposal riset ke calon supervisor yang keahliannya serupa. Well, saya mengontak banyak ahli. Ada beberapa yang membalas, dan mengatakan proposal saya tidak sesuai dengan keahliannya, ada juga yang tidak membalas sama sekali. ---  tidak lupa menambahkan, deraian air mata saat sang ahli menolak lamaran saya :-D ---
Saya beruntung, akhirnya menemukan dua orang ahli (dari negara yang berbeda) yang bersedia menjadi supervisor saya. --- Walaupun akhirnya saya tidak jadi kesana, kami kadang masih saling berkomunikasi ---
Langkah #4 Mencari Beasiswa
Kalau kamu sudah mendapatkan beasiswa YAI (Yayasan Ayah Ibu) :-), langkah selanjutnya adalah mendaftar ke universitas.
Nah, Kalau beasiswa YAI tidak applicable buat kamu, sebaiknya segera mencari dan mendaftar beasiswa lain. Ada beberapa beasiswa dari Indonesia seperti LPDP, DIKTI (BUDI), dll. Namun ada pula beberapa beasiswa dari negara lain yang bisa dikejar, contohnya: 
Australian Awards
New Zealand Scholarships

Japan Scholarship

Sebelum dan setelah keempat langkah itu dilakukan, jangan lupa berdoa kepada Tuhan YME semoga niat tulusnya dikabulkan. Jangan pula lupa mempersiapkan keluarga untuk ikut mendukung niat ini. Untuk hal yang satu ini, tunggu tulisan saya di buku PhD Mama ya.
Semoga sukses.