Sabtu, 12 November 2016

Berkata baik atau diam

Alkisah di sebuah diskusi ilmiah yang mengedepankan critical thinking, Lamarck dan Darwin berdebat tentang asal muasal mahluk hidup. Yang satu mengusung Theory of Inheritance of Acquired Characteristics, yang satu lagi mendebat dengan Theory of Natural Selection. Mereka berdebat dengan mengedepankan argumen masing-masing yang didasarkan pada riset yang dapat dipertanggungjawabkan.
Debat kemudian berlanjut menjadi chaos ketika kedua kubu tidak menerima pendapat lawan dan saling mencerca.
Kalau kita bertanya pada Sang Pencipta, mungkin Ia akan menjelaskan mana teori yang benar dan mana yang salah. Atau mungkin Ia membenarkan kedua teori untuk konteks yang berbeda. Sayangnya hidup tidak sesederhana itu, tidak ada fasilitas tanya jawab langsung antara mahluk dan Pencipta.
Perbedaan pendapat berdasarkan penafsiran yang berbeda terhadap satu masalah tentu saja diperkenankan. Yang tidak elok adalah ketika perbedaan pendapat itu menjadi ajang untuk saling menjatuhkan dan menyakiti orang lain dengan lisan atau tulisan yang tidak pada tempatnya. Karena lisan (atau saat ini lebih seringnya tulisan) yang tajam , laksana sembilu yang mengiris hati.
Pada debat yang terjadi saat ini, bolehlah tiap kubu saling mengedepankan argumen dengan analisa yang cermat dan landasan yang tepat. Namun para komentator juga perlu memilih kalimat yang tepat agar tidak mengundang emosi pihak lain.
Nampaknya, sekarang adalah masa yang tepat untuk mengamalkan hadits arbain ke 15," Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar