Selasa, 17 Mei 2016

Waitomo, New Zealand, Hari Kedua

Pirongia Traveller Accomodation

Pagi ini kicuan burung di dekat campervan membangunkan kami untuk sholat subuh. Kami menggelar terpal yang kami bawa dari Australia. Suami saya sengaja menyiapkan terpal ini untuk sholat, supaya tetap bisa dikeringkan kalau tanahnya basah. Good idea instead of using tikar...

Kabutnya masih tebal di pagi hari (Pirongia Traveller Accomodation)

Piri-piri Caves

Setelah sarapan, kami langsung berangkat ke arah Waitomo. Buat yang memiliki budget cukup, sebaiknya mampir ke Waitomo caves. Ada beberapa lokasi yang menawarkan gua-gua dengan glowworm di dalamnya. Bisa dilihat dengan berjalan atau naik boat. Info lebih jelasnya bisa dilihat di sini : http://www.waitomocaves.com/visitor-information-i-site/caving/

Tiket termurah untuk keluarga dengan 3 anak adalah $137 (tour 45 menit). Sebelumnya kami pernah juga berkunjung ke gua di Adelaide, yang, ya mirip-mirip gua jati jajar lah (tapi ukurannya kecil). Jadi kami tidak memprioritaskan tour ini. Tapi, alasan terkuat sebenarnya adalah karena budget kami terbatas :-), maka kami berkunjung ke tempat lain yang tidak berbayar: Piri-piri cave dan Mangapohue Natural Bridge Walk. 

Jalan kembali dari gua
Jalan masuk ke gua
Perjalanan ke Piri-piri cave memang agak jauh ke arah Barat, sekitar 28 km dari Waitomo caves, dan berliku-liku. Salah satu anak kami jadi korbannya, muntah....!*) Tapi alhamdulillah, setelah itu ia bernyanyi riang gembira :-D. 
Sampai di Piri-piri cave, perlu berjalan sekitar 5 menit untuk sampai di gua yang gelap gulita. Benar-benar gelap! dan saya ngga punya nyali untuk turun ke bawah, ha ha ha. Untungnya kami (baca: suami dan anak-anak) sudah mempersiapkan senter untuk masuk ke gua. Jalan masuk ke gua melalui tangga seperti gambar di samping kiri. Wilayah Gua yang bisa dieksplor tidak terlalu besar. Nampaknya sebelumnya ada jalan untuk masuk lebih jauh, tapi saat ini sudah ditutup.

Mangapohue Natural Bridge Walk

Dari Piri-piri cave, kami ke Mangapohue Natural Bridge Walk. Sebenarnya di dekat Piri-piri cave ada air terjun Marokopa Falls, tapi kami tidak mampir kesana.

Jalan menuju Mangapohue
Jembatan menuju Mangapohue



















Mangapohue Natural Bridge Walk ini sebenarnya seperti gua atau lorong besar dan berujung di Farmland. Dari area parkir, pengunjung akan berjalan di pinggir sungai Mangapohue, melintas jembatan kayu, meniti anak tangga, lalu berjalan melintas pagar ke arah peternakan. Di area peternakan tersebar banyak bebatuan, limestone. Sangat indah!

Kami menghabiskan banyak waktu di lokasi ini. Terutama anak-anak senang menghabiskan waktu di wilayah peternakan: memetik bunga, memanjat bebatuan, memandangi ternak dan alam sekitar.


Mangapohue






Peternakan di ujung Mangapohue
 
Selesai menghabiskan waktu di peternakan, kami kembali untuk makan siang di area piknik dekat tempat parkir. Jangan mencari restaurant atau cafe di sekitar sini, apalagi warteg atau tukang gorengan, ngga bakal ketemu. Pagi hari saya sudah masak kentang rebus. Jadi siang nya saya tinggal memasak ayam (yang sudah di marinade di Halal butcher) untuk makan siang kami. Lezat!

Lake Mangakino

Dari Mangapohue, kami melanjutkan perjalanan ke arah Tenggara. Sebelumnya saya merencanakan untuk bush walking ke Pureora Forest Park. Tapi Google map (di hape) kami mengarahkan melewati jalan sirtu (belum diaspal). Sementara jarak yang ditempuh menuju lokasi masih 30 km lagi. Berhubung kami menggunakan campervan, yang berisik sekali kalau melewati jalan bergelombang, akhirnya kami mengganti tujuan melewati state highway yang beraspal. Tujuan selanjutnya adalah Mangkino, kota antara menuju tempat menginap kami di Tokaanu. Di Mangakino, kami beristirahat di tepi Lake Mangakino dan menunaikan sholat dhuhur dan ashar di tepi danau.

Lake Mangakino
Selanjutnya kami berangkat ke Tokaanu Trailrace untuk bermalam. Tapi ternyata perjalanan dari Mangkino ke Tokaanu mencapai 1 jam lebih dan ketika kami sampai kesana, lokasi free camping nya sudah penuh. Akhirnya kami mencari lokasi free camping lain di sekitar Turangi, supaya tidak terlalu jauh dengan lokasi hiking besok hari. Kami menuju ke Stag Pool Carpark di tepi sungai Tongariro. Sampai disana, hari sudah gelap dan jalan masuk ke lokasi adalah hutan dengan jalan berbatu tanpa penerangan sejauh 800 meteran dari jalan raya. Baru mau masuk ke sana, anak-anak sudah teriak, " Mau kemana?". Saya sendiri sebenarnya juga agak takut, tapi karena sudah lelah dan tidak ada pilihan lain, akhirnya saya tetap menyetir sampai ke lokasi. Sampai disana, eh ternyata sudah ada satu campervan yang parkir, alhamdulillah ada temannya. Beberapa jam kemudian, ada satu Jucy condo lagi yang ikut parkir :-). Lokasi menginap ini tidak memiliki toilet, jadi saya memilih menahan sampai besok pagi **).

TIPS:
*) Biasakan membawa obat tradisional Indonesia yang cocok untuk anda seperti tolak angin, antimo, minyak kayu putih atau minyak kapak dalam perjalanan kemana pun. Untuk kami, minyak cap kapak ampuh untuk menyembuhkan masuk angin karena udara dingin.

**) Saat bepergian dengan campervan (tanpa toilet) sebaiknya mencari lokasi camping dengan fasilitas toilet umum dan datang sebelum jam 5 sore. Kalau datang diatas jam 5 sore, kemungkinan besar tidak kebagian tempat, bahkan di musim low season seperti bulan Mei (saat kami traveling).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar